buku
Gender di Pesantren dan Aliran-Aliran Feminis
Perempuan pemimpin pesantren merupakan hal yang masih sulit diterima oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Apalagi selama kepemimpinannya dapat memberikan dampak besar terhadap keberlangsungan pesantren melalui pemberdayaan ekonomi. Di sisi lain pesantren selalu diidentikkan dengan Kyai atau laki-laki sebagai pendiri, pengasuh dan pemimpinnya. Sehingga beberapa pesantren tidak mampu bertahan setelah ditinggal wafat oleh Kyai. Buku ini membahas tentang Umi Waheeda sebagai pemimpin pesantren al Ashriyyah Nurul Iman, Parung, Bogor. Kepemimpinannya menunjukkan bahwa sebenarnya perempuan mampu dan memiliki kualitas untuk menjadi pemimpin pesantren. Meskipun demikian, pesantren yang notabene sebagai basis penyebaran nilai-nilai ajaran Islam yang secara tradisional-patriarkis menggunakan sudut pandang normatif-tekstualis kali ini mampu menjawab tantangan zaman dengan melibatkan pemberdayaan ekonomi yang lebih modern. Pesantren biasanya mampu bertahan dengan melibatkan sumbangan besar dari donatur. Dalam konteks ini Umi Waheeda berhasil mengembangkan lahan pelatihan santri sebagai pendapatan utama pesantren melalui konsep socio entrepreneurship.
Tidak tersedia versi lain